BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perbedaan
utama antara manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk
mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang
dipengaruhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari
objek yang diinginkan nya atau membuang benda yang menghalanginya. Dan dengan
demikian sering kita meliha t seekor monyet yang menjangkau secara sia-sia
benda yang diinginkan,sedangkan manusia yang paling primitive pun telah tahu
mempergunakan bandringnya, laso, atau melempar dengan batu. Manusia sering
disebut Homo Faber : makhluk yang membuat alat ; dan kemampuan membuat
alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan tersebut juga
memerlukan alat-alat.
Untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya
sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan
cermat. Penggunaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperative bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah
yang baik tidak dapat dilakukan.
Berpikir
merupakan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah
adalah kegiatan yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara
berpikir yang didalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, yang terkait dengan rasionalisme.
Sedangkan deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat
khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, yang terkait
dengan empirisme.
Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus. Silogismus disusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan,
pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat
dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Suatu kesimpulan atau
pengetahuan akan benar apabila premis mayornya benar, premis minornya benar,
dan cara penarikan kesimpulanya pun benar.
Penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Adapun matematika adalah
pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Adapun yang
dimaksud induksi berkaitan dengan rasionalisme, yakni paham yang memandang
rasio sebagai suatu sumber kebenaran. Sementara itu, deduksi berkaitan dengan
empirisme, yaitu paham yang memandang fakta yang ditangkap oleh pengalaman
manusia sebagai sumber kebenaran. Dengan demikian, berpikir ilmiah atau metode
keilmuan merupakan kombinasi antara empirisme dan rasionalisme.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka adapun yang menjadi rumusan
masalah dalam penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
1.
Apa itu ilmiah
2.
Bagaimana berpikir ilmiah
3.
Apa itu matematika
4.
Mengapa matematika sebagai
sarana berpikir ilmiah
5.
Apa itu statistika
6.
Mengapa statistika sebagai
sarana berpikir ilmiah
7.
Bagaimana hubungan antara
matematika dan statistika
C.
Tujuan dan kegunaan
penyusunan
Adapun yang menjadi tujuan dan
kegunaan penyusunan makalah ini jika merujuk kepada rumusan makalah dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memungkinkan kita melakukan penelitian ilmiah secara baik
2. Mengetahui apa itu ilmu, matematika dan statistika
3. Memahami bagaimana matematika dan statistika bias menjadi
sebagai sarana berpikir ilmiah
D.
Sistematika penyusunan
Dalam melakukan penyusunan makalah ini,
penyusun melakukan observasi buku-buku, dan observasi di website yang
selanjutnya dijadikan sebagai bahan penyusunan makalah, yang sebelumnya
diseleksi terlebih dahulu sehingga isi dari makalah tersebut bias dipertanggung
jawabkan.
Adapun rincian dari makalah ini terdiri
dari tiga bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penyusunan serta sistematika penyusunan. Bab keduan
berisi pembahasan yang meliputi tentang ilmiah, pengertian matematika dan
statistika, serta kenapa matematika dan statistika merupakan sarana berpikir
ilmiah. Bab ketiga berisi penutupan yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang
berupa logika, bahasa, matematika dan statistika. Bahasa yang berupa logika,
bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut
kepadaorang lain. Di tinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan
antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah
menyadarkan diri kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
A.
Pengertian Ilmia
Ilmiah adalah
rangkaian pengalaman yang sambung menyambung, berkomulasi dan melahirkan
teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian
ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tatacara sistematis
yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Penelitian
ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam.
Adanya penelitian ilmiah membuat ilmuan berkembang. Karena hipotesis-hipotesis
yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali menjadi retroduksi.
Adapun menurut
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), ilmia artinya bersifat ilmu ; secara ilmu
pengetahuan ; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
B.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
merupakan pengetahuan yang didapat lewat metodeilmiah. Tidak semua pengetahuan
dapat disebut ilmiah sebab ilmu merupakanpengetahuan yang cara mendapatkannya
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dala apa yang dinamakan metode
ilmiah.
Seperti
diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode
ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan demikian
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh
pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terji yang memungkinkan tubuh pengetahuan
yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka
metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir
induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Metode ilmiah
adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun lebihlebih
lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.
Perumusan masalah yang
merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta diidentifikasi
factor-faktor yang terkait di dalamnya.
2.
Penyusunan kerangka
berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan
hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling terkait dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ilmiah disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan factor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3.
Perumusan hipotesis yang
merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang
materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4.
Pengujian hipotesis yang
merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan
untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-dakta yang mendukung hipotesis
tersebut atau tidak.
5.
Penarikan kesimpulan yang
merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang
mendukung hipotesis, maka hipotesisi itu diterima. sebaliknya sekiranya dalam
proses tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis itu ditolak.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan
ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka
penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah
teruji kebenarannya.
Pengertian kebenaran disini harus ditafsirkan secara
progmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan
sebaliknya.
The liang gie
(1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang
mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional
empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhannya
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti
manusia.
Dalam bagan
tersebut memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktifitas manusia,
aktifitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya metode
itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Ilmu sebagai
aktifitas ilmiah dapat berwujud penalaran (study), penyelidikan (inquiry),
usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (search). Oleh karena itu,
pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini
dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yag paling
berbobot guna menemukan pengetahuan baru.
Metode ilmiah
merupakan prsedur yang mencakup berbagai tindakan piker, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau
memperkembangkan pengetahuan yang ada.
Adapun
syarat-syarat ilmi ialah sebagai berikut :
1.
Objektif, objektif kajian
harus ada dalam ilmu yang ada dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, terlihat dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objektif juga
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
hal mengkaji sebuah objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni penyusunan
antara tahu dengan objek, sehingga dapat disebut kerangka objektif, bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.
Metodis, metodis berasal
dari bahasa yunani “Metodos” yang artinya cara, jalan. Metodis artinya metode
tertentu yang dipakai dan biasanya merujuk kepada sebuah metode ilmiah. Usaha
yang telah digunakan/dilakukan agar meminimalisir segala kemungkinan.
Kemungkinan yang terjadi dalam hal yang menyimpang dari hal mencari sebuah
kebenaran. Resiko yang harus di tanggung yakni untuk menjamin kepastian
kebenaran.
3.
Sistematis. Dalam
pengalamannya mencoba menjelaskan dan mengetahui suatu objek, ilmu harus terus
dan teruraikan didalam hubungan yang masuk diakal (logis) dan teratur agar
terbentuk suatu system yang memiliki keutuhan, menyeluruh, terpadu dalam segala
arti, dan dapat menampakan sebuah rangkaian sebab akibat menyangkut tentang
objektifnya. Pengetahuan yang dapat tersusun dengan sistematis merupakan
serangkaian dari syarat ilmu yang ketiga.
4.
Universal. Sebuah kebenaran
yang akan dicapai yaitu sebuah kebenaran yang universal yang tidak bersifat
tertentu (umum).
C.
Cara memperoleh pengetahuan
sain
Perkembangan
sain didukung oleh paham humanism. Humanism ialah paham filsafat yang
mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Bagaimana membuat
aturan untuk mengatur manusia dan alam? Bagaimana membuatnya dan bagaimana
alatnya? Bila aturan dibuat berdasarkan agama atau mitos, maka akan sulit
sekali menghasilkan aturan yang disepakati, maka alat itu adalah akal. Akal
itulah alat dan sumber yang paling dapat disepakati. Maka, humanism melahirkan
rasionalisme.
Dalam proses
pembuatan aturan itu, ternyata temuan akal seringkali bertentangan. Kata
seorang ini logis, tetapi kata yang lain itu logis juga. Padahal ini dan itu
tidak sama. Seperti apakah anak panah yang melesat dari busurnya bergerak atau
diam. Dua-duanya benar. Maka kalau begitu diperlukan alat lain. Alat itu ialah
empirisme.
Namun
empirisme masih memiliki kekurangan. Jadi, masih diperlukan alat lain. Alat
lain itu adalah positivism. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai
upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam. Kata positivism,
ajukan logikanya, ajukanbukti empirisisnya yang terukur. Tetapi bagaimana
caranya, maka diperlukan alat lain. Alat lain itu ialah metode ilmiah.
D.
Matematika
1.
Pengertian matematika
Kata matematika berasal dari bahasa yunani kuno (mathema), ysng berarti
pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti
teknisnya menjadi “pengkajian matematika”, bahkan demikian juga pada zaman
kuno. Kata sifatnya adalah (mathematikos), berkaitan dengan pengkajian, atau
tekut belajar, yang lebuh jauhnya berarti matematis. Sedangkan dalam bahasa
belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antara
konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif
yang bekerja atas dasar asumsi ( kebenaran konsisten).
Dari segi pengetahuan, arti matematika sangat luas dan dapat
dikelompokan dalam subsistem sesuai dengan semesta pembicaranya. Dalam setiap
subsistem itu ada objek pembicaraan, ada metode pembahasan dan selalu dipenuhi
konsistensi pembehasan.
Berdasarkan penjelasan di atas ditarik suatu kesimpulan bahwa
matematika sebagai ilmu dedultif berkaitan struktur yang terorganisir,
berkembang dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke
aksioma dan ke teori, dimana objek pembicaraannya abstrak, serta selau dipenuhi
konsistensi pada pembahasannya.
2.
Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikankepadanya.
Tanpa itu maka matematika hanya merupakan sekumpulan rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu.
Untuk mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah
bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majmuk, emosional dari bahasa
verbal. Umpamanya kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak
maka objek “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Dilambangkan x, dalam hal ini
maka x hanya mempunyai arti yang jelas yakni “ kecepatan jalan kaki seorang
anak”. Demikian juga bila kita hubungkan dengan objek lain misalnya “ jarak
yang ditempuh seorang anak” yang kita lambangkan dengan y , maka kita
lambangkan hubungan tersebut dengan z=y/x dimana z melambangkan “waktu berjalan
kaki seorang anak”
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.
Matematika dalam perkembangannya memberi masukan-masukan pada bidang-bidang
keilmuan lainya.
3.
Matematika : sarana
berpikir deduktif
Disebut ilmu deduktif karena semua pemecahan, yang dihadapi dalam ilmu
ini tidak didasarkan atas pengalaman indrawi atau empiris, melainkan atas dasar
deduksi atau penjabaran. Deduksi ialah proses pemikiran dimana akal budi
manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang umum dan abstrak menyimpulkan
tentang hal-hal yang bersifat dan individual.
Umpamanya dia mempunyai fakta bahwa x-3 = 7 dan bermaksud mencari nilai
x tersebut. Dia melihat bahwa jika angka 3 ditambahkan kepada kedua ruas
persamaan tersebut maka dia akan memperoleh bahwa x =10. Pertanyaan adalah
bolehkan dia melakukan langkah ini? Untuk menjawab hal tersebut maka
pertama-tama dia harus mengetahui bahwa sebuah persamaan tidak berubah jika
kepada ruas persamaan tersebut ditambahkan nilai yang sama. Hal ini berarti
bahwa dengan menambahkan angka 3 kepada kedua persamaan tersebut, dia tidak akan
mengubah harga persamaan tadi. Berdasarkan hal ini maka dia berkesimpulan
bahwalangkah yang dilakukannya ternyata dapat dipertanggung jawabkan. Cara
berpikir yang dilakukan disini adalah deduksi. Seperti dalam contoh diatas,
dalam semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan
konsekuensi logis dari pakta-pakta yang sbelumnya telah diketahui. Disini,
seperti juga fakta-fakta yang mendasarinya, maka kesimpulan yang ditarik tak
usah diragukan lagi.
Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan
premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditentukan ini sebenarnya
bukanlah konsekuensi dari pernyataan. Pernyataan ilmiah yang telah kita temukan
sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein).
Namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif sangat berguna dan memberikan
kejutan yang sangat menyenangkan dari beberapa premis yang telah diketahui,
kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya
pembendaharaan ilmiah kita.
4.
Peranan matematika sebagai
sarana berpikir ilmiah
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan
suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi atau generalisasi
untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas
dari perannya dari segala jenis dimensi kehidupan. Misalnya banyak persoalan
kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung
mengarah kepada aritmatika ( studi tentang bilangan), dan mengukur mengarah
kepada geometri ( studi tentang bangun, ukuran, dan posisi benda). Aritmatika
dan geometri merupakan fondasi atau dasar dari matematika.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan
informasi dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau masalah
kedalam model matematika yang dapat berupa digram, persamaan matematika, grafik
atau table. Mengkomunikasikan gagasan dengan gagasan matematika justru lebih
praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa
matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal
tersebut menunjukan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai
saran untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun pada bidang lainnya.
Peranan matematika tersebut, terutama sebagai sarana berpikir ilmiah oleh Erman
Suherman disebutkan dapat diperolehnya kemampuan-kemampuan sebagai berikut
:
a.
Menggunakan algoritma :
yang termasuk dalam kemampuan ini antara lain adalah melakukan oprasi hitung,
oprasi himpunan, dan oprasi lainnya. Juga menghitung ukuran tendensi sentral
dari data yang banya dengan cara manual.
b.
Melakukan manipulasi secara
matematika : yang termasuk kedalam kemampuan antar lain adalah menggunakan
sifat-sifat atau rumus-rumus atau prinsi-prinsip atau teori-teori kedalam
pernyataan matematika.
c.
Mengorganisasikan data ;
kemampuan ini antara lain meliputi : mengorganisasikan data atau informasi,
misalnya membedakan atau menyebutkan apa yang diketahui dari suatu soal atau
masalah dari apa yang ditanyakan.
d.
Memanfaatkan symbol, table,
grafik, dan membuatnya ; kemampuan ini antara lain meliputi menggunakan simbo,
table, grafik untuk menunjukan suatu perubahan atau kecenderungan dan
membuatnya.
e.
Mengenal dan menemukan pola
; kemampuan ini diantara lain meliputi :mengenal pola susuna bilangan dan pola
bangun geometri.
f.
Menarik kesimpulan ;
kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menarik kesimpulan dari suatu
hasil hitungan dan pembuktiansuatu rumus.
g.
Membuat kalimat atau model
matematika ; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan secara sederhana
dari fenomena dalam kehidupan sehari-hari kedalam model matematika atau
sebaliknya dengan model ini diharapkan akan mempermudah penyelesaiannya.
h.
Membuat interpretasi bangun
geometri, kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menyatakan
bagian-bagian dari bangun geometri dasar maupun ruang dan memahami posisi dari
bagian-bagian itu.
i.
Memahami penukuran dan
satuannya ; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan memilih satuan
ukuran yang tepat, melakukan estimasi, mengubah ukuran satuan ke ukuran
lainnya.
j.
Menggunakan alat hitung dan
alat bantu lainnya dalam matematika, seperti table matematika, kalkulator, dan
computer.
Sementara itu
dalam tujuan pendidikan ( depdiknas 2002 : 3 ) menyebutkan berbagai peranan
matematika sebagai sarana berpikir ilmiah ditekankan pada kemampuan untuk
memiliki :
a.
Kemampuan yang berkaitan
dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika,
ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
b.
Kemampuan menggunakan
matematika sebagai alat komunikasi
c.
Kemampuan menggunakan
matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan ;
seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat
objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan
suatu masalah.
E.
Statistika
1.
Pengertian
Secara
etimologi kata sistematika berasal dari kata status ( bahasa latin ) yang
mempunyai persamaan arti dengan state ( bahasa inggris ) yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan Negara. Pada mulanya kata statistik diartikan
sebagai kumpulan bahan keterangan ( data ), baik yang berwujud angka ( data
kuantitatif ) maupun data yang tidak berwujud angka ( data kualitatif), yang
mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu Negara.
Sedangkan
menurut ( Sudjana : 1996 : 3 ) statistic adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisaannya dan
penarikan simpulan berdasarkan pengumpulan data dan penganalisaan yang
dilakukan.
Jadi
statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelola dan menganalisis data dalam mengambil suatu simpulan kegiatan ilmiah.
2.
Satatistik dan cara
berfikir induktif
Penalaran
induktif bermula dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
pernyataanyang bersifat umum, umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kerbau
mempunyai mata ; marimau mempunyai mata, gajah mempunyai mata. Dari pernyataan
tersebut dapat ditarik simpulan bahwa semua binatang mempunyai mata.
3.
Peran ststistika dalam
tahap-tahap metode keilmuan
a.
Alat untuk menghitung
besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populasi.
b.
Alat untuk menguji validitas
dan reliabilitas instrument. Maksudnya sebelum digunakan instrument sebaiknya
diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
c.
Teknik untuk menyajikan
data-data sehingga data lebih komunikatif.
d.
Alat untuk analisis data
seperti menguju hipotess penelitian yang diajukan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmiah adalah
rangkaian pengamatan yang sambung menyambung berkumulasi dan melahirkan
teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan metode fenomena-fenomena.
Dalam kamus bahasa Indonesia, ilmiah adalah sesuatu yang bersifat ilmu, atau
memenuhi syarat ( kaidah ) ilmu pengetahuan.
Penelitian
ilmiah atau metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Kemudian yang menjadi syarat-syarat ilmu meliputi ; objektif,
metodis, sistematis, dan universal.
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana, sarana
tersebut meliputi logika, bahasa, matematika, dan statistika.
Selanjutnya
ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif. Matematika yang berasal dari bahasa yunani kuno
( mathemo ), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya
menyempit merupakan ilmu yang bersifat deduktif. Disebut ilmu deduktif karena
semua pemecahan yang dihadapi dalam ilmu ini tidak didasarkan atas pengalaman
inderawi atau empiris.
Lain hal
dengan matematika, sistematika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisaan dan penarikan
kesimpulan berdasarkan pengumpulan data dan penganalisaan yang dilakukan
merupakan ilmu yang bersifat induktif
B. B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini
penyusun merasa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, terutama
dalam pemakaian tata bahasa yang masih terasa rancu. Besar hati jika kiranya
ada kritik dan sarannya untuk kami para penyusun, sebagai bahan perbaikan kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar